Mengenal sosok Ummu Fadhl yuk

Sebuah pepatah Arab yang masyhur mengatakan: 
“Di belakang setiap pemuda ksatria ada sang Ibunda bijaksana.”

Banyak remaja sekarang yang lebih mudah mengapal lagu mancanegara,  mengenal penyanyi luar,  hapal gosip ketimbang sejarah yang mampu menghipnotis dan memberikan banyak belajaran. 
Wanita Qudwah (teladan) kali ini adalah seorang ibunda dari ksatria-ksatria muslim yang menjadi tonggak-tonggak kebenaran, pahlawan-pahlawan yang menegakkan Islam dengan perjuangan mereka. Dia adalah Lubabah binti al-Harits bin Hazn al-Hilaliyyah radhiyallahu’anha, istri paman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, Abbas bin Abdil Muththolib, yang lebih dikenal dengan Ummul Fadhl karena anak tertuanya bernama al-Fadhl.
Ummu Fadhl merupakan muslimah mulia yang memiliki kedudukan tinggi di kalangan para sahabat. Bahkan Rasulullah terkadang mengunjunginya dan tidur siang di rumahnya. Ummu Fadhl masuk Islam sebelum hijrah. Dia termasuk wanita pertama yang memeluk Islam setelah Ummul Mukminin Khadijah R.A. Suaminya, Abbas, paman Rasulullah SAW, telah terlebih dulu menyatakan keimanannya dan sangat disegani oleh kaumnya. Allah mengaruniainya enam orang anak dari hasil pernikahan mereka. Salah seorang anak lelakinya, Abdullah bin Abbas bertutur, ''Aku dan ibuku termasuk orang-orang yang tertindas dari wanita dan anak-anak.''
Suaminya ummu fadhl adalah pemimpin Bani Hasyim yang selalu melindungi  tetangga, berbagai harta, membantu orang-orang kesusuhan, memberi pakaian orang yang tidak punya pakaian, dan memberi makan orang lapar. Anaknya adalah ulama umat dan penerjemah Al-quran; Abdullah bin Abbas
Ada yang menyebut ibu Ummul Fadhl, wanita tua dari Harasy, sebagai manusia paling mulia kekerabatannya. Sebab, Maimunah adalah istri Nabi, Abbas menikahi saudari sekandungnya, Lubabah. Hamzah menikahi saudarinya, Salma. Ja’far bin Abi Thalib menikahi saudari sekandungnya, Asma. Lalu setelah itu, Asma dinikahi Abu Bakar Ash-Shidiq. Kemudian setelah itu Asma, dinikahi Ali.
Ummul Fadhl adalah seorang wanita yang berani dalam kebenaran. Abu Rofi’, maula Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bercerita tentang keberanian Ummul Fadhl :
“Suatu waktu, ketika saya masih menjadi budak Abbas bin Abdil Muththolib, dan Abbas telah masuk Islam secara diam-diam. Ummul Fadhl juga telah masuk Islam, dan aku pun juga ikut mereka.
Abu Lahab yang tidak bisa ikut berperang pada Perang Badar mengutus al-Ash bin Hisyam sebagai wakilnya. Begitulah tradisi dan peraturan orang Quraisy, bila seseorang berhalangan untuk ikut berperang maka mereka harus mengutus seorang wakil untuk menggantikannya.”
Abu Rofi’ melanjutkan ceritanya, “Aku adalah laki-laki yang lemah, bekerja sebagai pembuat cawan di sebuah kamar dekat sumur Zamzam. Ketika mendengar berita banyak orang Quraisy yang terbunuh dan terluka di Badar, makin tertanam dalam jiwa kami kekuatan dan kemuliaan. Dan ketika aku sedang duduk di tempatku bekerja, sementara di dekatku ada Ummul Fadhl, datanglah Abu Lahab ke arah kami dan duduk dekat dengan kami. Lalu terdengar seseorang berkata, ‘Lihatlah itu! Abu Sufyan telah datang.’ Abu Lahab kemudian memanggilnya sambil berkata, ‘Kemarilah, duduk di sini! Aku ingin mendengar berita darimu.’ Maka Abu Sufyan duduk di dekatnya, sementara orang-orang berdiri mengelilinginya.
Maka, mulailah Abu Sufyan bercerita tentang kejadian yang ia hadapi di Badar: ‘Demi ALLAH, ketika kami menyerang mereka (kaum muslimin), seolah-olah kami hanya menyerahkan diri kami kepada mereka untuk dibunuh semau mereka, dan menawan kami sesuka mereka. Aku tidak percaya mereka yang melakukan itu. Sebab, saat itu kami menghadapi sosok laki-laki putih menunggangi kuda yang menyerang di antara manusia, siapa saja berani mendekatinya pasti akan roboh ke tanah’.”
Abu Rofi’ berkata, “Mendengar itu, maka aku berkata, ‘Demi ALLAH, itu pasti malaikat!’ Dengan berang Abu Lahab mengangkat tangannya dan menampar wajahku dengan tamparan yang keras, lalu aku menyerangnya. Namun apa daya, aku hanya seorang lelaki yang lemah. Dengan mudah ia dapat menahanku dan membantingku ke tanah, kemudian menduduki dan memukuliku.
Melihat itu, Ummul Fadhl mengambil salah satu tiang kamar lalu memukulkannya ke kepala Abu Lahab yang menyebabkan bengkak dan berdarah, kemudian ia berkata, ‘Engkau berani menyakitinya ketika tuannya tidak ada!’ Dengan perasaan terhina dan malu akhirnya Abu Lahab berpaling dan pergi. Demi ALLAH, tujuh malam setelah itu, Abu Lahab mati karena penyakit lepra yang ditimpakan ALLAH kepadanya.”
“Itulah sikap seorang mukminah dalam menghadapi musuh ALLAH yang menyombongkan diri dan berani mengganggu dan menginjak-injak harga diri seorang muslim.
Setelah melalui perjalanan panjang pengorbanan untuk agama Allah, akhirnya Ummul Fadhl Ra tidur di atas ranjang kematian setelah berbuat banyak. Setelah ia mempersembahkan “ulama umat” Abdullah bin Abbas untuk umat ini, itu sudah cukup baginya. Putranya ini berada di dalam timbangan amal baiknya pada hari kiamat kelak. Sebab Nabi Saw pernah menyampaikan, “Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga (perkara) ; sedekah yang pahalanya terus mengalir, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (H.R. Muslim) 
Ummul Fadhl pergi untuk mendapatkan segala kebaikan, karunia dan nikmat di sisi Rabba, di surga-Nya, tempat rahmat-Nya berada.
Semoga Allah meridhainya, membuatnya senang, dan menjadikan surga Firdaus sebagai tempat kembalinya. Begitulah kisah indah nan menakjubkan dari Ummul Fadhl, semoga kisah wanita mulia ini menjadi inspirasi kehidupan bagi sahabat muslimah semua. Menjadi inspirasi yang menggugah dan juga mengubah tentunya.
Semoga semua wanita muslimah, dapat menjadikan Ummul Fadhl sebagai qudwah (contoh/teladan) dalam kehidupan. Kita dapat mengambil banyak manfaat dari kebaikannya, dapat menyumbangkan banyak jasa bagi Islam. 
Semoga kelak kita bisa menjadi satu dari ribuan wanita pilihan yang bisa berjuang mempertahankan islam,  menjaga keluarga dan memgharumkan nama baik. 

Comments

Popular Posts