sarjana

Gagal bukan karena IPK tetapi karena life skill yang rendah
Dari berbagai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, angka kelulusan dari para sarjananya sangat tinggi. Namun disisi lain, lapangan pekerjaan yang menampungnya sulit untuk mendapatkan karyawan yang sesuai, memiliki dedikasi yang tinggi dan kemampuan kerja tim yang baik disamping sedikitnya lapangan pekerjaan yang ada. Salah satu dari perguruan tinggi di Jawa Timur, Universitas Gajayana Malang, menyatakan bahwa dari sekian banyak sarjana yang telah lulus hanya sekitar 80% yang diterima untuk bekerja. Unesa sendiri yang merupakan salah satu universitas negeri di Jawa Timur, setiap tahunnya meluluskan sekitar seribu oralg sarjana, tetapi bagaimana dengan kwalitasnya, hal itulah yang masih dipertanyakan
Ironisnya, alasan yang menjadi dasar dari tidak diterimanya sarjana alias gagal mendapatkan pekerjaan bukan karena IPK yang rendah melainkan life skill yang rendah. Ternyata dalam dunia kerja sekarang IPK bukanlah salah satu yang menjadi tolok ukur dalam penentuan posisi kerja yang akan diperoleh, tetapi adalah life skill yang merupakan suatu kecakapan hidup. Kegagalan dalam mendapatkanpekerjaan itu dikarenakan minimnya motivasi kerja, kepribadaian yang kurang menyenangkan,sopan santun, dan kurangnya kemampuan bekerja dalam tim.
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa para sarjana memiliki prestasi yang bagus tetapi hanya karena masalah sikap dan mental yang lemah membuat para sarjana itu sulit untuk mendapatkan pekerjaan dan juga sulit untuk dapat membuka lapangan pekerjaan baru.
Untuk mengatasi hal itu, ada beberapa solusi yang mungkin bisa digunakan. Salah satunya adalah diperlukan adanya intragrasi life skill dalam berbagai mata kuliah atau dalam kurikulum, dan itu haruslah dikemas secara baik. Hal yang perlu dirubah adalan kecenderungan yang berorientasi pada nilai menjadi berorientasi pada prastise karena pada hakekatnya mahasiswa cenderung untuk berorientasi terhadap nilai. Sebagai contoh, Unesa yang merupakan perguruan tinggi yang bergerak dalam bidang kependidikan dan non kependidikan, dalam mata kuliahnya mengajarkan agar sebagai guru mampu bersikap supel dan bisa berkomunikasi dengan baik. Dalam simulasi mahasiswanya memang benar-benar memerankan hal itu tetapi setelah simulasi selesai tetap saja kembali seperti semula. Jadi sebenarnya life skill telah diajarkan dalam salah satu mata kuliah tetapi kalau mental dan kesadaran dari mahasiswa yang seperti itu akan sangat sulit mewujudkan pencapaian integritas life skill dalam kurikulum pendidikan. Tapi jika teori perkuliahan lebih menyentuh kearah life skill akan diperoleh hasil yang baik.
Salah satu cara lain adalah dengan melalui pelatihan-pelatihan. Namun jangan sampai dalam pelatihan itu dimanfatkan oleh oknum tertentu untuk mendapatkan keuntungan, karena dewasa ini sedang marak tentang sertifikasi. Dan pelatihan itu didesain sehingga melibatkan mahasiswa dalam pengembangan life skill.
Cara yang terakhir yang dapat diambil adalah dengan memanfatkan UKM dalam peningkatan Life skill mahasiswa. Karena UKM salah satu wadah yang mampu menyalurkan bakat dan minat mahasiswa dalam peningkatan kecakapan dan ketrampilan hidup yang ada. Untuk itu diperlukan pengembangan UKM yang lebih baik dengan lebih banyak melakukan bimbingan dan peninjauan, karena selama ini UKM kurang difungsikan secara maksimal dalam pengembangan kecakapan dan ketrampilan hidup. UKM sering melakukan kegiatan tetapi kurang mendapatkan peninjauan dari pihak kampus. Akan lebih baik jika UKM menjadi salah satu alternatif dalam mewujudkan penembangan life skill dari mahasiswa.
Tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak yang ada akan sangat membantu dalam perwujudan life skill dan prestasi yang baik dari para lulusan perguruan tinggi yang ada.

Comments

Popular Posts